Rabu, 15 Juni 2016

PENGEMBANGAN INDUSTRI DALAM RANGKA MENUNJANG PEREKONOMIAN PROVINSI SULSEL

BAB III
PEMBAHASAN

A.                     Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi
Konsep pembangunan sering dikaitkan dengan proses industrialisasi, oleh karena sering kali pengertiannya dianggap “sama”. Negara maju pertama adalah Inggris. Revolusi industri, seringkali inovasi yang menghemat biaya lewat mesin uap, memungkinlan Inggris untuk meningkatkan produksi industrinya sebesar 400 persen selama paruh pertama abad ke 19. Sejak itu sampai sekarang ini kriteria utama dari pembanguan adalah kenaikan pendapatan per kapita yang sebagian besar disebabkan oleh adanya industrrialisasi. Dua Negara yang paling sukses pembangunannya pada awal abad ke 20, Jepang dan Uni Sovyet, juga disebabkan oleh adanya industrialisasi di negaranya masing-masing.
Proses industrialisasi dan pembangunan industri ini sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahtraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Dengan kata lain pembangunan industry itu merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahtraan rakyat bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja.
Industrialisasi tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan kemampuan memanfaatkan secara optimal sumberdaya alam dan sumberdaya lainnya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan demikaian dapat diusahakan secara “vertikal” semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara “horizontal” semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang semakin bertambah.
Kita telah sering mendengar pendapat bahwa industri itu mempunyai peranan sebagai sector pemimpin (leading sector). Leading sector maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sektor pertanian dan sektor jasa, misalnya. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri. Sektor jasapun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/perikanan, dan sebagainya, yang akan mendukung pertumbuhan industri seperti yang diungkapkan diatas, berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja yang ada pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya belinya). Kenaikan pendapatan dan peningkatan daya beli (permintaan) tersebut menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh dan sehat.
Dari uraian diatas bisa ditelaah peranan industri dalam perkembangan struktural pada suatu perekonomian. Tolak ukur yang terpenting antara lain : sumbangan sektor industri pengolahan (manufacturing) terhadap PDB, jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor industri, dan sumbangan komoditi industri terhadap ekspor barang dan jasa.
Menurut criteria UNIDO (United Natians for Industry Development Organization) Negara-negara dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kelompok Negara non-industri (non-industry country) apabila sumbangan sektor industri terhadap PDB kurang dari 10 persen.
b. Kelompok Negara dalam proses industrialisasi (industrializing country) apabila sumbangan tersebut antara 10-20 persen.
c. Kelompok Negara semi industri (semi industrialized country) jika sumbangan tersebut antara 20-30 persen, dan
d. Kelompok Negara industri (industry country) jika sumbangan tersebut lebih dari 30 persen.
Peranan industri ditinjau dari aspek kesempatan kerja dapat dilihat dari bagian persentase angkatan kerja yang ada dalam sektor industri. Tingkatan kenaikan kesempatan kerja secara keseluruhan dalam perekonomian Indonesia selama dasa warsa 1970-an sebesar rata-rata 3 persen per tahun. Tingkat itu jauh berada di bawah laju pertumbuhan ekonomi yang sebesar rata-rata 7,8 persen per tahun pada kurun waktu yang sama. Khususnya di sektor industri selama kurun waktu tersebut, tingkat kenaikan kesempatan kerja adalah sebesar rata-rata 6,2 persen per tahun, dibanding dengan laju pertumbuhan produksi di sektor ini sebesar rata-rata 12 persen per tahun. Sementara itu perkembangan ekspor sejak awal tahun 1970-an menunjukan pergeseran besar dalam susunan komposisinya. Diantara ekspor non-migas, ekspor industry manufacturing menunjukan kenaikan yang paling pesat. Pada tahun 1980 ekspor industri pengolahan baru 21 persen dari nilai ekspor non migas, di tahun 1984 sudah meningkat menjadi 66 persen kemudian slama triwulan pertama tahun 1985 sudah mencapai 72 persen.
Perkembangan di atas sebenarnya memberi petunjuk masih adanya peluang dan harapan bagi ekspor komoditi industri di tengah situasi kelemahan ekonomi dalam negeri maupun di bidang internasional. Sikap proteksionisme oleh pihak Negara-negara industri dampaknya diterobos dengan penggalakan ekspor barang manufaktur.


B.            Strategi Pengembangan Industri Dalam Pembangunan Ekonomi di SULSEL
(1) Pembangunan Industri melalui Pemanfaatan Sumber Daya
Sulawesi Selatan dikarunia potensi sumberdaya yang berlimpah, terutama sumber daya manusia dan sumber daya alam. Besarnya potensi tersebut merupakan modal yang sangat berharga bagi daerah ini dalam melaksanakan aktivitas pembangunan.
a.        Potensi Sumber Daya Manusia
Perkembangan penduduk Sulawesi Selatan hingga Tahun 2013 memperlihatkan peningkatan dengan tingkat pertumbuhan penduduk dari Tahun 2010 hingga Tahun 2013 sebesar 1,2 persen. Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Selatan pada Tahun 2012 adalah sebesar 8.190.222 jiwa, kemudian pada Tahun 2013 mencapai 8.324.265 jiwa dengan pertumbuhan 1,1 persen. Jumlah penduduk terbesar Tahun 2012 di Kota Makassar yang merupakan pusat kegiatan perekonomian dan ibukota Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah penduduk sebesar 1.368.473 jiwa. Terendah adalah Kab. Selayar 124.319 jiwa dan Pare-pare yaitu 131.970 jiwa. Kepadatan penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan pada Tahun 2011 adalah 177 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi Makassar 7.786 jiwa/km2 kemudian Kota pare-pare 1.329, Palopo 615, Takalar 484, Bantaeng 453 jiwa/km2. Kepadatan terendah Kab. Luwu utara 36 jiwa dan Luwu timur 36 jiwa/km-2.
Jumlah penduduk di Sulawesi Selatan pada Tahun 2013 diproykesikan mencapai sebesar 8.342.000 jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,13 persen (data resmi 2013 dari BPS). Penduduk usia produktif adalah penduduk yang masih memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaannya dan tidak bergantung kepada orang lain. Kelompok usia produktif sebesar 4.370.922 Jiwa ( 53 persen) meliputi usia 15-50 Tahun. Penduduk jenis kelamin wanita terbesar di Kabupaten Bone sebesar 379.853 dengan sex ratio 90,84 dan terkecil dikota Makassar. Dan yang terkecil jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Luwu Timur dengan jumlah sebanyak 119.103 dengan Sex Ratio 106,14 persen. Penduduk laki-laki terbesar di Kota Makassar dan yang terkecil di Kota Pare-Pare.
Cara memanfaatkan sumber daya manusia untuk dijadikan strategi dalam pengembangan industri  yang ada di Sulawesi Selatan
b.      Sumber Daya Alam
Sulawesi Selatan dikaruniai oleh sumber daya alam yang berlimpah baik sumberdaya alam darat maupun laut. Potensi sumberdaya alam tambang antara lain berupa bahan deposit bahan galian, sumberdaya air, hutan, perikanan dan kelautan tersedia dalam jumlah yang sangat besar dan baru sebagian kecil potensi tersebut yang telah dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah ini.  
Potensi deposit bahan galian yang tersedia dalam jumlah besar antara lain gas alam, batubara, nikel, pasir besi, batu gamping, marmer, pasir kuarsa. Potensi daya air yang cukup besar telah memberikan keuntungan besar bagi Sulawesi Selatan dalam mengembangkan sektor pertanian sebagai basis perekonomian wilayah. Pemanfaatan lain dari sumber daya air yang melimpah tersebut adalah untuk penyediaan tenaga listrik yang dibutuhkan oleh masyarakat daerah seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru yang melayani sebagian besar kebutuhan listrik di Sulawesi Selatan. Sedangkan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan tersedia dalam jumlah yang sangat besar adalah ikan tuna, cakalang, ikan terbang, ikan karang, udang, teripang serta rumput laut. 
 (2) Industri Berbasis Sumber Daya Prospektif di Sulawesi Selatan
Industri prospektif di Sulawesi dirangkum dalam tabel dibawah ini :
           






















C.           Sektor-Sektor Industri Unggulan Yang Dapat Menunjang Perekonomian Masyarakat Sulawesi Selatan
·                Industri Rumput Laut

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel memastikan dua pengusaha besar bergerak di sektor usaha rumput laut rencana berinvestasi di Kota Makassar. Satu pengusaha berasal dari Jepang dan satunya pengusaha nasional yakni PT Agarindo Bogatama. PT Agarindo Bogatama, perusahaan asal Bogor memang spesial pengolahan rumput laut.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Kadiskanlut) Sulsel, Ir Syahrun mengatakan, pihaknya telah menerima delegasi PT Agarindo mengenai keinginannya membangun pabrik rumput laut di Makassar. "Kami telah menerima delegasi PT Agarindo Bogatama berpusat di Bogor mengenai keinginannya membangun pabrik rumput laut di Makassar," ujar Syahrun ditemui di ruang kerjanya, lalu usai melakukan pertemuan tertutup.
Menurutnya, salah satu alasan sehingga PT Agarindo tertarik untuk membangun pabrik di ibu kota Sulsel, karena letaknya yang sangat strategis. Agarindo juga akan mengkovers produksi rumput laut tersebar di sejumlah kabupaten di Sulsel diantaranya, Kabupaten Takalar, Pangkep, Bone.
Ditanya mengenai nilai investasi yang direncanakan, dia mengatakan, pihaknya belum membahas sampai pada persoalan modal. Dalam pertemuan tersebut lanjutnya, pihaknya baru mempelajari potensi pengembangan rumput laut yang ada di Sulsel. Produksi jenis rumput laut ini sekitar 300 ton per tahun.
Karena itu, pihak Agarindo kini mencari tempat yang pas karena menyangkut kebutuhan air makanya dipiliha Makassar. Pabrik ini sendiri diharapkan sudah beroperasi 2009 mendatang.
Dengan kehadiran pabrik pengolahan rumput laut tersebut, diharapkan berpengaruh signifikan bagi masyarakat. Khususnya dalam penyerapan tenaga kerja yang diprediksi mencapai ratusan tenaga kerja, di luar buruh harian. Selain itu, akan semakin memacu pembudidaya rumput laut di daerah ini.
Sulsel tercatat sebagai penghasil rumpul laut terbesar kedua di dunia dengan potensi lahan 250.000 hektare di pinggir laut dan 98.000 hektare areal budi daya. Tahun 2007, Sulsel telah meningkatkan produksi sebesar 20% dari produksi 2006 sebanyak 75.000 ton.
Menurut dia, nilai tambah rumput laut di daerah ini akan semakin tinggi menyusul hadirnya pabrik pengolahan Agarindo Bogatama. Agarindo menjadikan Sulsel sebagai titik pengumpulan rumput laut dengan target serapan 1.000 ton per tahun. Sulsel adalah salah satu produsen rumput laut terbesar kedua dunia, dengan angka produksi 75.000 ton per tahun.
Lebih jauh, dia mengatakan, semakin banyaknya pengusaha dari luar meminati rumput laut merupakan suatu tantangan tersendiri. Untuk itu, Diskanlut akan memprogramkan revitalisasi lahan.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Makassar, Riefat Suaeb mengatakan, setiap investor yang ingin menanamkan sahamnya terlebih dahulu mendaftarkan usahanya di Makassar untuk mendapatkan izin usaha.
Namun, hingga saat ini pihaknya belum menerima pengajuan dari PT Agarindo mengenai pengajuan izin usaha. Meski demikian, dia mengatakan, pihaknya tidak akan mempersulit setiap pengusaha yang mengurus izin usaha sepanjang memenuhi persyaratan yang telah dipersiapkan. "Kami belum menerima surat pengajuan mendapatkan perizinan. Yang jelas, kami berjanji tidak akan mempersulit setiap pengusaha yang ingin berinvestasi di Makassar," ungkapnya.
·                Industri Kakao
Di Indonesia, bertani kakao merupakan sumber utama penghasilan bagi lebih dari 600.000 petani kecil dan keluarga mereka, yang umumnya berada di pulau Sulawesi. Sementara hasil (panen) meningkat secara signifikan dalam beberapa dasawarsa terakhir, pertumbuhan yang berkesinambungan dan daya saingnya bergantung pada produksi yang konsisten dan kualitas yang tinggi.
Kami mendukung para petani agar melanjutkan pengembangan industri kakao yang berkelanjutan dan dalam waktu yang bersamaan memberikan peranan yang besar pada masyarakat setempat dari mana kami mendapatkan kakao kami. Mendidik para petani merupakan bagian penting dari upaya kami di Palopo, Mamuju, Polmas, Kolaka dan Soppeng, daerah-daerah penghasil utama kakao Sulawesi.
Kami memberikan informasi dan saran kepada para petani mengenai metoda usaha tani terbaik, terutama seputar pemeliharaan pohon dan teknik pasca-panen. Dengan ini, kami bermaksud meningkatkan kualitas dan nilai tanaman, dan pada akhirnya peningkatan penghasilan yang dapat diperoleh petani dari biji kakao mereka.
Rambu yang menandai jalan masuk ke Pusat Pendidikan Kakao Cargill di Gowa, Sulawesi SelatanPada tahun 2008, kami memperluas kegiatan kami dengan mendirikan Cargill Cocoa Education Centre {Pusat Pendidikan Kakao Cargill} di Gowa, Sulawesi Selatan. Sasaran kami adalah merangsang penanaman pohon kakao di daerah baru di Indonesia dan untuk lebih membantu meningkatkan teknik dan praktek pertumbuhan dan produksi.
Menyerahkan pohon kakao pertama ke perwakilan pemerintah Gowa untuk menandai awal dari kerjasama kamiPusat pendidikan ini mencakup rumah bibit pohon kakao yang menerapkan teknologi bibit terbaik yang ada dan mengumpulkan benih dari seluruh Indonesia. Rumah bibit memiliki kapasitas kurang-lebih 100.000 pohon per jangka waktu penanaman, yang didistribusikan kepada para petani setempat secara gratis untuk memulai produksi kakao setempat.

Potensi Kakao di Sulawesi Selatan

Produksi 2013 (Ton)
148.956
Produksi 2011 (Ton)
196.695
Produksi 2010 (Ton)
172.083
Produksi 2009 (Ton)
163.001
Produksi 2008 (Ton)
110.009


BAB IV
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Peranan industri dalam perkembangan struktural pada suatu perekonomian. Tolak ukur yang terpenting antara lain : sumbangan sektor industri pengolahan (manufacturing) terhadap PDB, jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor industri, dan sumbangan komoditi industry terhadap ekspor barang dan jasa.

Salah satu strategi industrialisasi yang dilaksanakan di indonesia, sejak zaman pemerintahan ORBA adalah industri substitusi impor (ISI). ISI ini mengharapkan bisa menghasilhan barang-barang baru didalam negeri yang semula di impor setelah substitusi impor ini berhasil, baru kemudian sebagian hasil produknya diekspor. Jadi substitusi impor ini memegang peranan penting dalam mengenalkan barang-barang baru yang dulunya diimpor dan kemudian dihasilkan sendiri.

1 komentar:

  1. 1XBet
    Betting in India. It can https://septcasino.com/review/merit-casino/ be great to find the www.jtmhub.com most popular brands, especially ones that offer betting on sports such as football, https://sol.edu.kg/ tennis,  Rating: 1/10 · ‎Review by Riku VihreasaariWhere can I find 1xbet?Where can 1xbet 먹튀 I septcasino.com find 1xbet betting?

    BalasHapus